☝️

Hikmah penting

  • Trader biasanya melakukan kesalahan saat bertindak berdasarkan 4 emosi dasar: rasa takut, keserakahan, harapan, dan rasa malu.
  • Cara terbaik melawan rasa takut adalah dengan menerapkan strategi trading dengan ketat, berinvestasi dalam jumlah yang wajar, dan memasang perintah dengan batasan.
  • Keserakahan dan fear of missing out (FOMO/takut tertinggal) memaksa trader melakukan tindakan irasional. Untuk menghindarinya, Anda harus segera menutup transaksi saat target sudah terpenuhi.
  • Harapan dalam trading adalah ekspektasi yang tidak realistis dan seharusnya tidak menjadi pendorong dalam membuat keputusan.
  • Rasa malu dalam trading dapat dilawan dengan mantra Silicon Valley: “Terima kegagalanmu.”
  • Emosi ekstrem — tilt dan trance — harus segera ditangani dengan teknik khusus.

Apa yang diperlukan untuk menjadi trader yang berhasil? Trader amatir akan menyebut “uang.” Namun, trader berpengalaman akan menambahkan: “Stabilitas emosi.” 

Kestabilan psikologi adalah salah satu aset paling berharga bagi trader.

Uang, analisis, edukasi, dan pengalaman juga penting. Namun, pasar akan segera membuat Anda kehilangan uang jika Anda gagal menangani 4 emosi standar yang mendominasi otak saat Anda melakukan trading:

  • Rasa Takut
  • Keserakahan
  • Harapan
  • Rasa Malu

Memahami emosi ini adalah sesuatu yang penting, setidaknya karena 2 alasan:

– Untuk mengendalikan perilaku dan tidak membiarkan emosi memengaruhi trading

– Untuk memahami bagaimana emosi ini mendorong alasan trader lain — bagaimanapun, inilah yang mendorong sentimen pasar dan menggerakkan harga ke atas dan ke bawah.

Mari kita hadapi ke-4 emosi ini dan mempelajari bagaimana cara mengendalikannya — sebelum emosi ini mulai mengendalikan Anda. 

Rasa Takut

Rasa takut adalah reaksi wajar terhadap ancaman. Dalam trading, artinya panik yang muncul sebagai reaksi atas ancaman terhadap potensi keuntungan. Namun, dalam dunia modern dengan institusi sosio-ekonomi yang kompleks, reaksi primitif tidak selalu menguntungkan. Inti dari trading adalah pemindahan sumber daya tertentu demi keuntungan. Karena itu, setiap strategi, bahkan strategi dengan risiko rendah, tetap mengandung kerugian operasional. 

Jika Anda tidak belajar menerima risiko, tidak ada yang dapat Anda lakukan di pasar. Seperti Anda tidak kecewa pada perubahan musim, Anda seharusnya tidak kecewa pada kerugian.

Mari kita ambil contoh dalam film untuk memahami maknanya. Dalam film karya Denis Villeneuve yang berjudul “Dune”, seorang penyihir mendatangi Paul Atreides yang diduga sebagai mesias — ia ingin memastikan apakah bocah ini benar-benar “yang terpilih” atau hanya bocah yang ketakutan. Si penyihir menempatkan jarum beracun di dekat leher si bocah dan menyuruhnya memasukkan tangan ke dalam kotak hitam. Apa yang ada di dalam kotak? Rasa Sakit. Untuk bertahan hidup, Paul harus melawan instingnya untuk menarik tangannya, tak peduli seberapa pun sakitnya. Pikiran Paul harus dapat mengalahkan insting dasarnya — jika tidak, segalanya akan berakhir.

Setiap kali membuka trading, Anda menjadi Paul Atreides. Anda harus mengalahkan rasa takut, karena ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan untung. 

Saat rasa takut menguasai, Anda akan lebih fokus pada berita buruk, menutup posisi long, atau membuka posisi short baru. Investor yang ketakutan tidak dapat membuat keputusan rasional berdasarkan harapan yang wajar terhadap perilaku pasar. 

Di seluruh pasar, rasa takut muncul saat lebih banyak orang yang menjual dan memperkuat panik secara keseluruhan. Jadi, jika Anda melihat tren bearish, Anda tahu bahwa ada banyak trader yang merasa panik di balik layar. Meskipun begitu, dengan mengetahui cara kerja rasa takut, Anda dapat memperkirakan pergerakan pasar dengan lebih baik serta mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan. 

Rasa takut dalam trading memiliki banyak bentuk:

  • Rasa takut rugi — Raja Segala Rasa Takut bagi trader. Ini dapat dikalahkan dengan berpikir jauh ke depan: Anda harus melihat kerugian sebagai bagian dari sistem. Trader pemula harus mengikuti strategi sederhana berisiko rendah dan memasang Stop-Loss dan Take Profit sebagai perlindungan.
  • Rasa takut menunggu. Ini terkait erat dengan rasa takut rugi: “Jika saya menunggu terlalu lama, saya bisa kehilangan keberuntungan.” Masalahnya adalah, keluar terlalu awal dari trading yang menguntungkan akan menyebabkan hilangnya keuntungan. Untuk melawan rasa takut ini, berpikirlah jauh ke depan: anggap pekerjaan adalah keseluruhan sistem, ikuti strateginya, dan kendalikan emosi.
  • Rasa takun berinvestasi uang. Banyak orang yang bertahan dalam akun demo selama berbulan-bulan. Mereka memang mendapatkan pengalaman tetapi juga membuang waktu. Bagaimana cara mengatasinya? Pahami bahwa tidak mungkin belajar berenang di halaman rumah. Pahami bahwa saat Anda trading dengan uang virtual, orang lain sudah mendapatkan uang sungguhan. Menariknya, rasa takut membuang waktu justru berlawanan dengan rasa takut melakukan trading yang sebenarnya.
  • Rasa takut pada investasi besar. Banyak pemula yang trading dengan nilai kecil: “Tidak masalah jika saya rugi.” Namun trading yang serius pada bursa global memerlukan dana yang relatif besar. Anda memerlukan uang ini untuk dapat bekerja normal dalam strategi berisiko rendah. Jika Anda memasuki trading dengan deposit sedikit, Anda mungkin kehabisan dana, misalnya, tidak memiliki cukup dana untuk melakukan trading yang menguntungkan. Untuk mengatasi ketakutan ini, tentukan jumlah yang diperlukan untuk menerapkan strategi Anda. Ingat: jika Anda tidak memiliki cukup uang untuk trading dalam strategi yang Anda gunakan, peluang kehilangan deposit dalam jumlah kecil lebih tinggi daripada deposit dalam jumlah besar.
  • Ketakutan pada uang dalam jumlah besar didasarkan pada sindrom impostor. Jika trader tidak terbiasa mengoperasikan jumlah besar, keuntungan besar sepertinya tidak layak didapatkan dan besarnya penghasilan dapat menyebabkan stres dan memunculkan kesalahan. Anda harus menganalisis perilaku psikologis Anda: apakah Anda menganggap uang adalah keburukan? Jika menurut Anda benar — hilangkan. Anda berhak mendapatkan uang dalam jumlah besar dan layak mendapatkannya.
  • Rasa takut kepada broker. “Bagaimana jika broker mencurangi saya dalam komisi? Atau mengambil deposit saya dan melarikan diri?” Rasa takut ini adalah yang paling mudah diatasi: pilih broker tepercaya dengan reputasi baik, memiliki lisensi, dan berpengalaman dalam industri ini.
  • Rasa takut pada tantangan. Anda mungkin menganggap trading adalah sesuatu yang sulit dan otak Anda tak dapat memproses strategi dan analisis yang diperlukan. Anda tidak sendiri. Kabar baiknya adalah bahwa agar trading berhasil, perilaku psikologis yang tepat lebih penting daripada matematika. Bukankah dahulu Anda juga tidak bisa membaca?
  • Rasa takut pada masa depan. Trading tidak memberikan jaminan seperti pekerjaan “normal”. Banyak pemula yang khawatir tentang bagaimana mereka bisa hidup jika trading yang mereka lakukan tidak mendatangkan keuntungan yang diharapkan. Kita harus memegang tanggung jawab dan ini belum tentu cocok untuk semua orang. Perencanaan keuangan akan membantu mengalahkan rasa takut akan masa depan. Anda harus memiliki cadangan keuangan untuk beberapa bulan, mengendalikan pengeluaran, dan menangani keuntungan secara wajar.

Keserakahan

Keserakahan adalah salah satu respons dasar dari struktur otak purba: pertahanan evolusioner dari aset vital sekaligus motivasi untuk mendapatkannya. Tetapi dalam trading, “babi akan dibantai” (ironisnya “babi” mengacu pada pemain yang serakah). 

Ketidakmampuan mengendalikan keinginan untuk menjadi kaya dengan cepat akan mengarah pada kesalahan umum: 

  • Bertahan dalam trading yang merugi terlalu lama daripada yang seharusnya
  • Mencoba “mendapatkan keberuntungan”
  • Terlalu optimis dalam melihat berita keuangan
  • Mengabaikan berita buruk
  • Mengabaikan  tanda risiko yang sudah jelas

Sama dengan ketakutan, keserakahan hanya dapat dihilangkan dengan rencana trading berdasarkan pemikiran rasional. 

Takut tertinggal (FOMO) adalah saudara kembar keserakahan tetapi dalam arti lebih sempit. Bagi trader, ini berubah menjadi ketakutan obsesif kehilangan keuntungan, tidak mendapatkan pengalaman baru, dan melewatkan peluang. Tanda-tanda FOMO adalah:

– “terhipnotis” grafik selama berjam-jam

– melihat smartphone setiap muncul notifikasi pasar

– terobsesi memantau berita ekonomi

– ketidakmampuan fokus pada hal lain

Risiko mengalami FOMO tidak berhubungan dengan IQ. Fobia adalah ketakutan yang tidak rasional. Langkah pertama mengatasi ketakutan adalah dengan menerimanya. Langkah kedua adalah melakukan hal-hal berikut:

  • “Diet Digital”: membersihkan umpan berita, menetapkan batas waktu membaca berita. Untuk melakukannya, perlu disadari bahwa sekurangnya 90% dari “informasi penting” yang Anda ikuti adalah sampah.
  • Mengatur pemberitahuan: sisakan hanya peristiwa paling penting.
  • Pisahkan pekerjaan dari kehidupan pribadi. Misalnya, Anda bisa menggunakan dua smartphone: untuk bekerja dan untuk bersenang-senang.

Harapan

Secara umum, harapan adalah emosi positif: harapan membantu bertahan di masa paling sulit, termasuk keterpurukan, kejutan, dsb. Namun harapan yang tidak masuk akal lebih diasosiasikan dengan keserakahan dan ketakutan mengalami kerugian. Orang mulai sangat menginginkan terjadinya suatu peristiwa, mulai percaya tahayul dan untung-untungan. Harapan menjadi pendorong dalam pembuatan keputusan: pasar mungkin berada di arah yang berbeda tetapi mereka terus menunggu — “Aku pasti beruntung!

Penting untuk diingat bahwa satu-satunya pendorong dalam pembuatan keputusan adalah tidak terlibatnya perasaan dan strategi trading. Anda tidak perlu mematikan harapan — lagipula, setiap orang memasuki pasar dengan harapan mendapatkan hasil yang bagus — tetapi angan-angan tidak boleh berada di atas pemikiran analitis. 

Rasa Malu

Rasa malu mendorong keinginan untuk mendapatkan kembali dan mendorong trader keluar dari situasi berbahaya. Apa yang membuat trader merasa malu? Kegagalan, keputusan salah, peluang yang terlewatkan. Seperti rasa takut dan keserakahan, rasa malu meningkatkan kortisol (hormon stres) sehingga membuat trader kehilangan kendali dan bahkan mengalami kegagalan besar.

Menariknya, di banyak kasus, rasa malu bahkan tidak dapat dibenarkan — misalnya, saat trader menghadapi kerugian yang tersirat dalam strategi sejak awal. Atau saat rasa malu datang dari luar: orang tua, teman, atau pasangan yang tidak menyukai trading. 

Apa pun kasusnya, buku psikologi trading menyebutkan bahwa satu-satunya cara melawan perasaan yang melemahkan ini adalah dengan menerima kegagalan. Tahukah Anda bahwa investor Silicon Valley lebih suka mendanai entrepreneur dengan rekam jejak kegagalan di startup? Di dunia teknologi yang besar, terbiasa dengan kegagalan dan selalu bangkit lagi jauh lebih berharga daripada keberhasilan murni. Kesalahan bukanlah drama tetapi pengalaman, dan mereka yang tidak pernah melakukan kesalahan tidak akan membuat progres. 

Waspada: emosi ekstrem

Terkadang rasa takut, keserakahan, harapan, rasa malu, dan emosi lain bercampur dan mendorong kondisi psikologi ekstrem: tilt dan trance.

Tilt adalah istilah poker yang berarti gangguan psikologi yang mirip dengan kegilaan sementara. Bahayanya adalah mematikan mekanisme kendali internal — sering kali, seseorang bahkan tidak ingat apa yang mereka lakukan dalam kondisi ini. Derealisasi mungkin juga terjadi: perasaan bahwa yang bertindak adalah orang lain, bukan Anda. Mungkin juga muncul pikiran yang kosong, rasa panas, atau dingin.

Kondisi trance tidak terlalu intens tetapi bahkan lebih berbahaya karena bersifat jangka panjang. Dalam kondisi trance, trader kehilangan kemauan dan kesadaran. Mereka berubah menjadi zombi: tidak dapat melepaskan diri dari grafik di layar monitor, membuka transaksi demi transaksi dan tak bisa berhenti — bahkan setelah kehilangan seluruh deposit. 

Baik tilt maupun trance sangatlah berbahaya. Yang berada dalam risiko adalah kategori berikut:

  • Trader berada dalam kondisi mental yang tidak stabil karena stres yang berkepanjangan
  • Mereka yang mengakumulasi emosi negatif dan tidak tahu cara bersantai. Dari luar, mereka terlihat tenang tetapi di dalam mereka adalah bom yang siap meledak.
  • Mereka yang melakukan trading sangat intensif, dengan cepat memasuki banyak transaksi dan tidak meluangkan cukup waktu untuk memikirkannya.
  • Trader yang kelelahan dan melakukan banyak kesalahan karena kelelahan, mekanisme kendalinya mati.
  • Trader yang “terpukau” karena baru saja mendapatkan keuntungan besar.

Jika Anda melihat gejala-gejala ini, segeralah bertindak.

Kiat psikologi trading dalam menangani emosi yang intens 

  1. Jangan pernah memasuki pasar dengan kondisi emosi yang buruk: saat Anda bosan, cemas, atau lelah. Jika Anda merasakannya, beristirahatlah atau malah berliburlah.
  2. Beristirahatlah setelah mendapat keuntungan atau kerugian besar.
  3. Jangan pernah melakukan trading karena balas dendam.
  4. Batasi jam trading per hari Anda. Semakin lama Anda berada di dunia virtual bursa, semakin besar rasa lelah yang mengarah pada hilangnya kendali diri. Jika Anda cenderung bekerja berlebihan, atur penghitung waktu.
  5. Jangan bermain untuk bersenang-senang. Akun demo adalah pengecualian.
  6. Jangan melebihi jumlah trading harian yang diizinkan sistem trading Anda. Bekerjalah dalam batasan risiko Anda.
  7. Dan akhirnya — jika tilt atau trance terjadi pada Anda dan berujung pada konsekuensi buruk — terima kegagalan dan lepaskan. Jadilah hakim yang baik hati. Maklumi diri Anda sendiri.

Kesimpulan

Pasar yang tidak dapat diprediksi dan volatil pasti dikaitkan dengan stres. Oleh karena itu, trader yang sukses tidak hanya memperhatikan grafik tetapi juga kondisi psikologis mereka. 

Ketakutan, keserakahan, harapan tak wajar, atau rasa malu dalam trading sangatlah berbahaya karena meningkatkan kortisol dan mematikan pertimbangan — dengan konsekuensi mengerikan. Karena itu, memahami emosi ini adalah sesuatu yang penting dalam menjaga kesehatan mental dan memahami perilaku pasar secara keseluruhan. Bagaimanapun, dari balik layar, trader juga manusia yang rentan terhadap perasaan yang sama.

Trading sekarang